Sabtu, 14 Januari 2012

Nyeri ulu hati tak sembuh? Waspadai gejala GERD!!!

Ulu hati terasa perih adalah keluhan yang sering terdengar. Hampir tiap orang yang mengalami masalah ini membuat diagnosis instan, memberi ''label'' pada keluhan yang mereka derita, yaitu ''Saya sakit maag atau biasa juga disebut gastritis!" Sebagaimana nasihat klasik, hindari makanan-makanan yang merangsang, pedas, asam, maka rasa perih pun menyurut. Tapi bagaimana hal nya jika keluhan ini tak segera pergi? Atau bahkan jika intensitasnya jadi makin parah?

Jika hal diatas terjadi pada anda, maka perlu diwaspadai bahwa nyeri ulu hati yang anda rasakan bukanlah nyeri ulu hati biasa atau bukan semacam respons temporer banjirnya asam lambung karena hadirnya makanan pedas. Jangan-jangan yang Anda derita adalah GERD (gastro esophageal reflux disease).

Apa sih GERD itu ?

Penyakit refluks gastoesofageal (gastroesofageal reflux desease/ GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung kedalam esophagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esophagus, faring, laring dan saluran nafas. Penyakit ini terjadi ketika asam lambung naik sampai ke bagian mulut hingga mulut terasa pahit.

Gejala yang akan dialami adalah:

Nyeri di ulu hati.

Dada terasa sakit.

Dada seperti dicengkeram oleh sesuatu.

Gimana GERD bisa terjadi, ya ?

Apabila katup gastoesofageal tak berfungsi dengan baik, yaitu pintu ini tak tertutup rapat atau longgar, maka asam lambung pun dapat mengalir balik ke atas, menuju kerongkongan. Hal ini yang menjadi penyebab terjadi GERD.

Esophagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi LES. Pada orang normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antergrad yang terjadi pada saat proses menelan atau aliran retrograde pada saat terjadinya sendawa atau muntah. Aliran balik dari gasterke esophagus melalui LES hanya terjadi jika tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3mmhg)

Refluks esophagus pada GERD dapat terjadi melalui 3 mekanisme, yaitu :

1.

Refluks spontan yang terjadi pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat

Aliran retrogard yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan

Meningkatnya tekanan abdomen

1.

1.

1.

Dengan demikian dapat diterangkan bahwa pathogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara factor defensif dari esophagus dan factor ekstensif dari bahan reflukstat.

Yang termasuk factor defensif esophagus adalah :

1. Pemisah Anti Refluks

Factor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES yaitu :

1.

Adanya hiatus hernia,

Panjang LES (makin pendek LES maka tonusnya makin rendah),

Obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergic, teofilin, opioid ,

Factor hormonal (peningkatan progesterone menurunkan tonus LES)

1.

Namun banyak pasien GERD yang mempunyai tonus LES tonus normal, pada kasus ini refluks terjadi akibat adanya transient LES relaxation (TLESR), yaitu relaksasi LES spontan dan berlangsung kurang lebih 5 detik tanpa didahului oleh proses menelan.

2. Bersihan asam dari lumen esophagus

Faktor-faktor yang berperan pada bersihan asam dari esophagus adalah gravitasi,peristaltic, eksresi air liur dan bikarbonat.

3. Ketahanan Epitelial Esofagus

Mekanisme ketahanan berbeda dengan lambung dan usus karena esophagus tidak memiliki lapisan mucus untuk melindungi mukosa esophagus, ketahanan epiteleal esophagus terdiri dari :

1.

Membrane sel

Batas intra selular yang membatasi difusi H+ kejaringan esophagus

Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrient , oksigen, dan bikabonat serta mengeluarkan ion H+ dan CO2

Sel-sel esophagus mempunyai kemampuan untuk mentranspor ion H+ dan Cl- intraselular dengan Na+ dan bikarbonat ekstraselular.

1.

Factor ofensif dari bahan reflukstat adalah potensi daya rusak yang disebabkan bahan-bahan yanr terkandung dalam reflukstat seperti asam klorida, pepsin, garam empedu, enzim pancreas. Derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh refluksatat akan meningkat apabila pH <>

Terus gejala yang timbul apa aja sih?

Gejala klinik yang khas dari GERD adalah timbulnya rasa nyeri / rasa tidak enak diulu hati atau epigastrium . GERD dapat juga menimbulkan manisfestasi gejala diluar esophagus yang atipik serta bervariasi mulai dari nyeri dada non cardiac (Non cardiac Chest pain /NCCP), suara serak, laryngitis, batuk karena aspirasi sampai terjadinya brokiektasis atau asma

Sementara itu, beberapa penyakit paru dapat menjadi factor predisposisi terjadi GERD yaitu yang dapat menimbulkan perubahan anatomis didaerah gastroesofageal high pressures zone akibat penggunaan obat-obat yang menurunkan tonus LES (teofilin)

Kecemasan dan Depresi Tingkatkan Risiko Mengembangkan GERD


Penelitian yang telah dilakukan, baik kecemasan dan depresi berhubungan dengan risiko dua sampai empat kali lipat dari penyakit GERD. Beberapa peneliti percaya bahwa bahan kimia otak yang disebut cholecystokinin (CCK), yang telah dikaitkan dengan panik dan gangguan pencernaan, mungkin memainkan peran dalam timbulnya GERD pada orang dengan gangguan kecemasan. Faktor lain yang memungkinkan dan berkontribusi adalah ketika orang cemas mereka cenderung memicu atau memperburuk refluks asam lambung ke kerongkongan.

Apa yang bisa dilakukan ?

Pendekatan konsep biopsikososial pada kondisi medis umum adalah yang terbaik. Ini berarti bahwa pasien GERD selain perlu ditangani masalah fisik medis yang terkait dengan refluks asam lambung juga perlu mendapatkan penanganan kondisi cemasnya yang sering berkaitan dengan gangguan cemas panik dan depresi. Dalam praktek sering saya menemukan ketika kondisi cemas paniknya teratasi dengan baik, maka keluhan lambungnya bisa jauh berkurang bahkan baik sama sekali. Tata laksana yang tepat dan menyeluruh perlu dilakukan mengingat jika tidak diobati, refluks asam lambung dapat menyebabkan peradangan lapisan esofagus yang akan mengakibatkan kesulitan menelan, nyeri dada kronis, dan bahkan dapat menyebabkan kanker kerongkongan.

Seperti diungkapkan di atas bahwa cemas dan depresi bisa memperberat penyakit GERD sampai beberapa kali lipat, maka ada baiknya penanganan pasien dengan gangguan GERD yang juga mengalami kondisi kecemasan tinggi baik akibat latar belakang psikologisnya ataupun karena memikirkan penyakitnya perlu ditangani kondisi kesehatan jiwanya. Hal ini diupayakan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam penyembuhan kasus-kasus penyakit GERD.