Senin, 31 Mei 2010
Aku Bersyukur
Aku bersyukur memiliki tubuh yang lengkap, memiliki kedua mata kedua tangan kaki, satu hidung dan mulut, kedua telinga, semua lengkap.
Aku bersyukur memiliki tubuh yang sehat, jantung, hati, paru-paru, lambung, semua organ tubuhku bekerja dengan baik.
Aku bersyukur memiliki kepandaian yang cukup, bisa menyelesaikan semua pembelajaran baik akademis maupun tidak dengan baik.
Aku bersyukur memiliki orang tua yang lengkap, ayah dan ibu yang memiliki fisik lengkap, dan sehat secara rohani dan jasmani.
Aku bersyukur memiliki orang tua yang mengerti aku, perduli tapi tidak mengekang, membebaskan memilih tapi mengarahkan, memberi tanpa perhitungan, mencukupi kebutuhanku.
Aku bersyukur memiliki rumah yang layak. Tidak panas kala terik, tidak dingin kala hujan.
Aku bersyukur memiliki lingkungan yang nyaman, tidak ada ancaman, tentram, tidak ada ledakan, tidak ada suara senjata, tidak ada suasana mencekam.
Aku bersyukur dapat makan dan minum enak hari ini, dapat membeli apapun yang aku suka, tanpa harus menunggu sisa orang lain atau memungut dari sampah.
Aku bersyukur dapat belajar di universitas yang bagus, tidak harus berjalan jauh untuk mencapainya, naik mobil, dan mendapatkan pengajaran terbaik.
Aku bersyukur memiliki teman-teman yang baik, dapat diajak berbagi tawa dan duka, bersenang-senang bersama, menghabiskan waktu, bercengkrama kapanpun aku ingin.
Aku bersyukur memiliki pakaian yang bagus, sepatu, aksesoris, parfum, buku, tas, semua yang aku miliki, layak, dan nyaman digunakan.
Aku bersyukur memiliki seseorang yang bisa diperhatikan lebih, disayangi, diajak berbagi tawa dan duka, dan selalu ada tanpa butuh wanita lain.
Aku bersyukur memiliki saudara-saudara yang banyak, baik, bisa diajak berkumpul, acara keluarga, arisan, makan bersama, dan melengkapi keluargaku.
Aku bersyukur memiliki pesuruh di rumahku, aku tidak perlu repot memasak, menyetrika, mengepel, bersih-bersih, juga ada supir yang sedia mengantarku kemana saja.
Lembar aku bersyukur-ku akan sangat panjang sekali, aku malu mengaku, karena aku sadari aku belum cukup bersyukur selama ini..
Maafkan Ya Allah..
Rabu, 14 April 2010
Makalah PTK : komunikasi verbal dan non-verbal.
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan komunikasi menurut asumsi-asumsi mereka.kita tidak bisa menyalahi yang ini lebih benar atau yang lain kurang benar karena di setiap teori pasti mengandung suatu spesifikasi maksud dan tujuan. Untuk itulah penulis mengambil 2 teori yang berbeda untuk di perbandingkan dengan tujuan mencari arah dari teori-teori tersebut akan ditujukan.
II. Landasan Teori
komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal. (Hoben, 1954)
Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. (Anderson, 1959)
III. Identifikasi Masalah
1. apakah komunikasi itu harus terjadi karena terjadinya gagasan secara verbal?
2. Apakah gagasan secara tidak verbal dapat dinamakan komunikasi?
IV. Metode Penelitian
Metode yang saya lakukan adalah studi pustaka melalui internet. Setelah itu dilakukan penalaran dan analisis penulis.
Pembahasan
Merunut gagasan Hoben, bahwasanya komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal, menurut saya ini dapat dikategorikan komunikasi konvensional. Dimana sejak manusia lahir sekalipun, manusia memang diajarkan untuk berkomunikasi dengan cara berbicara melalui bahasa. Ini adalah merupakan dasar dari komunikasi. Anak kecil, dalam masa pertumbuhannya, pasti diajarkan oleh orang tuanya untuk belajar berbicara.
Gagasan Hoben dapat terbukti dengan terpecahkannya berbagai masalah dengan jalan diskusi, musyawarah, atau open forum. Hal-hal tersebut merupakan media problem solving dimana pasti akan dipakai guna memecahkan suatu masalah dengan mengumpulkan ide atau gagasan.
Gagasan dari Anderson, lahir 5 tahun setelah gagasan dari Hoben, dalam kurun waktu 5 tahun, pola pemikiran ilmuwan sangat mungkin berkembang. Maka lahirlah gagasan Anderson yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. Itu membuktikan bahwa komunikasi tidaklah harus selalu berbentuk verbal.
Contoh saja, sekarang sudah dipelajari bahwa bahasa nonverbal itu cukup memiliki andil dalam menilai kepercayaan diri seseorang. Bahkan dewasa ini, bahasa non verbal marak dipelajari. Bagaimana membuat gesture yang meyakinkan orang lain bahwa dirinya tidak sedang dalam kegugupan. Bukan hanya secara verbal dia mengatakan bahwa dia tidak gugup, tapi secara non verbal kita dapat melihat gerak-geriknya bahwa dia memang benar-benar tidak gugup.
Semakin berkembangnya pola peikiran manusia tentang komunikasi is not just about verbal, terbukti dengan lahirnya sebuah ilmu NLP atau (Neuro Linguistic Programming). Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. NLP diawali pada sekitar tahun 1970-an oleh Richard Bandler dan John Grinder.
Secara singkat, NLP memanglah ilmu yang mempelajari bahasa secara subyektif. Tapi, dalam ilmu NLP ini, manusia diajarkan untuk membaca situasi secara non verbal. Apa yang dilakukan oleh orang lain melalui gesture itu merupakan komunikasi secara tidak langsung yang memang ditunjukkan, dan dapat di terjemahkan.
Penulis menilai, NLP adalah bentuk pengembangan secara mendalam dari teori Anderson tentang bahwa komunikasi itu merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. Apabila situasi genting, manusia dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain secara non verbal dengan cara menunjukan mimik wajah gugup, keringat dingin, atau mata yang memandang dengan tatapan kosong. Hal ini merupakan wujud dari komunikasi non verbal yang ditunjukkan. Jadi, komunikasi itu tidak harus selalu berwujud verbal.
Terbukti dengan maraknya buku-buku yang beredar untuk menguasai komunikasi non verbal, adalah suatu bukti eksistensi komunikasi non verbal semakin dewasa ini.
Kesimpulan
Semua teori tentang komunikasi tidaklah ada yang salah. Hanya saja, semua menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Bahwa manusia menuntut perkembangan, dan perbaikan. Apabila berkembangnya komunikasi dari verbal, yang notabenenya adalah komunikasi konvensional, maka itu adalah suatu wujud dari penyesuaian perkembangan manusia.
Komunikasi pada dasarnya adalah ketika kedua belah pihak mengerti apa yang dimaksudkan, tanpa ada miss-communication, baik melalui verbal ataupun non verbal, menurut saya itu dapat dikatakan wujud dari komunikasi yang sempurna.